Upaya
pengembangan diri dengan menggunakan hipnosis/hipnoterapi telah terbukti
berhasil mengubah kehidupan banyak orang dalam berbagai aspek kehidupannya,
seperti karier, prestasi, income, hubungan dengan keluarga/orang lain,
dll
Manusia
pada dasarnya dianugrahi kemampuan pikiran yang luar biasa dari Sang Pencipta
untuk bisa berkembang dengan baik, mencapai kesuksesan dan kebahagiaan yang
ingin diraih. Sayangnya banyak sekali nilai-nilai kepercayaan dalam bawah sadar
kita yang membatasi (limiting belief) kemampuan
tersebut.Belief tersebut bisa timbul dari sugesti/ide yang kita terima dari eksternal ataupun dari peristiwa-peristiwa traumatis yang pernah kita alami. Ambil contoh analogi berikut:
tersebut.Belief tersebut bisa timbul dari sugesti/ide yang kita terima dari eksternal ataupun dari peristiwa-peristiwa traumatis yang pernah kita alami. Ambil contoh analogi berikut:
Ada seekor anak gajah yang salah satu kakinya
diikat pada sebuah pasak dari sejak berusia sangat muda. Anak gajah tersebut
mencoba melepaskan diri dan selalu gagal karena tali & pasaknya terlalu
kuat untuk tenaganya yang masih kecil. Setiap hari kegagalan demi kegagalan
ditemuinya sehingga akhirnya ia mulai berhenti berusaha melepaskan diri dan
timbul kepercayaan dalam dirinya bahwa ia memang tidak bisa mengalahkan tali
& pasak tersebut, dan menerima hal tersebu sebagai nasibnya. Bertahun-tahun
kemudian, gajah tersebut menjadi dewasa dan besar, dengan kekuatan yang
berkali-kali lipat besarnya namun tetap tidak pernah bisa melepaskan diri dari
ikatan tersebut, karena limiting belief yang telah tertanam kuat dalam
dirinya dari kecil.
Di
negara-negara Eropa Timur, pemrograman diri dengan menggunakan hipnosis telah
lama diterapkan pada atlet-atlet mereka untuk membantu mereka meraih prestasi
yang maksimal. Saya sendiri juga sering menggunakan beberapa teknik hipnoterapi
untuk membantu sebuah paduan suara yang saya latih untuk bisa mencapai prestasi
puncak di tingkat internasional.
Berikut
beberapa kisah terapi kasus pengembangan diri:
T,
seorang manager muda di sebuah perusahaan multinasional yang mengalami
kesulitan dalam berbicara di depan publik. Setiap kali ia harus melakukan hal
tersebut, ia langsung merasa sangat gugup, lemas, & berkeringat dingin.
Padahal di jabatannya sekarang, ia sering kali harus berbicara di depan orang
banyak, baik itu teamnya sendiri ataupun pihak luar. T sangat khawatir akan
masalahnya tersebut menjadi penghambat kariernya, sehingga akhirnya mencari
pertolongan lewat terapi di Klinik Hipnoterapi Keluarga. Pada saat terapi,
berhasil ditemukan akar masalah tersebut pada saat T berusia 5 tahun di Taman Kanak-Kanak. T kecil diminta bernyanyi di depan
kelas di hadapan guru & teman-temannya, sayangnya pada saat itu T lupa akan
syair lagunya sehingga akhirnya menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Itulah
saat pertama kali T mengalami masalah untuk tampil di depan orang banyak.
Dengan menggunakan teknik Ego State Therapy (EST), T berhasil melepaskan diri
dari masalahnya itu dan menjadi semakin percaya diri & tenang untuk tampil
berbicara di depan siapapun.
Sering
kali kasus-kasus pada masalah pengembangan diri disertai dengan adanya sabotase
diri (self sabotage) dari satu bagian diri seseorang yang berusaha
melindungi dirinya dari sesuatu hal yang dianggap bisa berakibat negatif. Simak
kisah berikut ini:
A,
seorang single mother berpenampilan menarik di usianya yang masih relatif muda,
memiliki masalah dalam membina hubungan dengan lelaki. Setiap usahanya membina
hubungan yang serius & sehat dengan pasangan jenis selalu kandas,
satu-satunya hubungan perkawinan yang pernah dijalaninya juga berakhir dengan
tragis. Ia merasa selalu gagal mendapatkan pasangan yang baik dan sebaliknya
malah sering kali 'berhasil' menarik pasangan dengan perilaku yang buruk.
Proses terapi membantu A hingga menemukan akar masalah keyakinan di bawah
sadarnya bahwa semua pria tidak baik dan hanya akan membuat sengsara, yang
diperolehnya tanpa sengaja pada saat A masih dalam kandungan ibunya. Peristiwa
tersebut telah menciptakan suatu bagian diri dalam diri A yang selalu melakukan
sabotase diri setiap kali berusaha menjalin hubungan dengan pria yang baik.
Dengan mengubah persepsi tersebut, A berhasil mengubah dirinya menjadi jauh
lebih nyaman & tenang dalam membina hubungan dengan pria yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar